Kamis, 22 September 2011

Istilah Dalam Akting


Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan seni peran filmis ( akting filmis) antara lain adalah sebagai berikut:
  • Pelaku adalah orang yang melakukan atau menjalankan perbuatan, perilaku, tidak tanduk peran lengkap dengan segala perwatakannya. Pelaku pada dasarnya mengandung kesamaan arti dengan Pemain.
  • Pemain adalah orang yang memainkan atau melakukan acting baik untuk seni film atau seni teater.
  • Peran adalah sosok atau tokoh imajiner dalam lakon atau cerita.
  • Pemeran adalah orang yang memainkan atau menjalan kan kehidupan sosok tokoh dalam cerita film atau teater.
  • Pemeranan adalah perilaku dan perbuatan mengaktingkan tokoh cerita film.
  • Hayat artinya hidup atau rasa sadar.
  • Penghayatan artinya upaya menghidupkan keadaan dan suasana dengan merasakan sedalam dalamnya.
Pegertian penghayatan
Penghayatan peran filmis adalah upaya menghidupkan peran (karakter) filmis dengan jalan mengekspresikan perilaku, perbuatan akting sepenuh hati (sungguh sungguh) selaras dengan tuntutan adegan yang tersurat pada skenario sehingga mampu menimbulkan kesan pada penonton bahwa pemeranan tersebut benar benar nyata adanya.

Tujuan penghayatan
Tujuan upaya penghayatan peran adalah agar pemain sebagai pelaku akting memiliki rasa percaya diri dan rasa sanggup serta siap menjalankan permainan akting pemeranan dalam kegiatan shooting pembuatan film.

Kategori Pemain Film

Kategori Pemain Film Ditinjau dari kualifikasi dan beban tugasnya pemain film terbagi kepada beberapa bagian yaitu:
  1. Aktor (actor) dan aktris (actress) adalah seniman seniwati (artist) profesional yang benar benar memiliki pengetahuan dan menguasai seni akting. Dan biasanya kegiatan kerjanya adalah main film atau teater, artinya mata pencahariannya mengandalkan keahlian dan kemampuan seni aktingnya.
  2. Pemain non aktor adalah pemain yang belum tentu mampu atau menguasai seluk beluk seni akting. Pemain demikian dipergunakan oleh sutradara yang hanya mengandalkan filling saja dengan mempertimbangkan tela’ah dan hal hal tertentu. Misalnya bila dalam skenario film memerlukan peran supir, sutradara bisa saja langsung memakai supir taksi yang sebenarnya untuk peran tersebut dsb.
  3. Bintang adalah pemain yang sudah mempunyai nama tersohor (terkenal) dalam masyarakat. Mungkin saja seorang bintang sudah berkualifikasi aktor atau artis, namun tidak mustahil pula tidak tergolong sebagai aktor atau aktris, hanya karena namanya sudah terkenal atau menjadi idola khallayak ramai. Sebagai contoh penyanyi atau pemain bulu tangkis yang sudah terkenal, ditarik main film oleh produser dan dijadikan bintang hanya untuk kiat komersil semata.
  4. Pemain bit adalah pemain yang hanya memerankan permainan kecil sebagai kelengkapan suatu adegan dan biasanya muncul sekilas lintas saja dalam adegan, sebagai misalnya peran pelayan atau petugas penerima tamu hotel dsb.
  5. Pemain ekstra adalah pemain yang tidak melakukan peranan penting tetap diperlukan dalam adegan. Kehadirannya dalam adegan seolah olah sebagai unsur set hidup disekitar pemain inti (utama) untuk menghidupkan suasana adegan. Sebagai misal dalam adegan pesta, pasar dan sebagainya banyak memerlukan pemain ekstra. Para pemain demikian oleh kalangan umum biasanya disebut Figuran sebutan ini pada dasarnya tidak terlalu salah karena mereka adalah figur figur tak bernama yang melintas atau lalu lalang dalam adegan.
  6. Stand-in adalah pelaku yang aktingnya tidak dipertunjukkan kepada penonton, ia Cuma hadir atau muncul dalam medan shooting dengan tugas menggantikan pemain-berperanan Cuma sementara saja ketika penyesuaian teknis kamera dan tata cahaya terhadap akting dan bloking yang tidak dilakukan langsung oleh pemain peran. Pemain peran Cuma menyaksikan dan memperhatikan semua gerakan dan lintasnya agar ia dapat meniru atau mengikuti bloking dan lintas gerak akting secara shooting operasional dilaksanakan.
  7. Stunt-in, stunter adalah pemain pengganti yang bermake-up dan berkostum persis seperti pemain peran bertugas melakukan akting yang berbahaya yang tidak mungkin dilakukan oleh pemain peran karena dapat mencelakakan, disebabkan tidak memiliki keahlian khusus untuk perbuatan atau tindakan itu, misalnya akting terjatuh dari kuda yang sedang berlari kencang, meloncat dari tebing dsb.

Ditinjau dari alur lakon/ceritera, pemain diklasifikasikan sbb:
  1. Pemain utama (leading man/leading lady) yaitu pemain yang memainkan atau manjalankan peran pokok yang menjadi pusat perlakonan.
  2. Pemain pendukung (supporting player) adalah pemain yang memainkan peran bukan pokok yang erat kaitannya dengan peran pokok.
  3. Pemain figuran (figurant, pemain pelengkap) yaitu pemain yang memainkan peran tambahan yang longgar kaitannya dengan peran pokok lainnya hanya melengkapi bumbu adegan saja.

Cinematografi

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari
bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmuyang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapatmenyampaikan ide (dapat mengemban cerita).

Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkansinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan padasinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).
Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produksinematografi.

Contoh Format Skenario

Di bawah ini contoh sebuah format skenario serial Menggapai Bintang karya Elizabeth Lutter.

1. INT. HOTEL BERBINTANG: R. PESTA. MALAM.
EVA, VITA, STEVEN, NICOLAS, MARINE, ORANG TUA MARINE, MC, FIGURAN.

Hiruk pikuk sebuah pesta yang sangat meriah.Ini adalah pesta ulang tahun MARINE, seorang aktris sinetron pendatang baru. MARINE seorang gadis manis yang mencintai STEVEN, seorang aktor yang sudah top. Saat ini MARINE gelisah, karena STEVEN yang dinantinya belum kunjung tiba. Namun beberapa saat kemudian, tampak STEVEN memasuki ruangan bersama seorang temannya bernama NICOLAS. MARINE langsung berlari menyambut STEVEN.

MARINE
(Bersikap manja) Steven sayang... kok telat sih... aku nggak sabar nih nungguin kamu...

STEVEN
(Cool saja) Sorry. Selamat ulang tahun ya.

*WAKTU BERLALU....

Pesta berlangsung meriah, dan kini saat dansa tiba. STEVEN yang terpesona pada keluguan EVA, mengajak EVA berdansa. EVA menolak, tapi dipaksa VITA, teman EVA yang mengajak ke pesta ini. EVA akhirnya mau asal VITA juga berdansa. Lalu NICOLAS, teman STEVEN, mengajak VITA berdansa. Mereka berempat akhirnya berjalan ke tengah ruang untuk berdansa. EVA terlihat sangat kikuk menggerakkan langkahnya. Saat lagu slow terdengar, mereka merapatkan tubuhnya. MARINE yang kehilangan STEVEN mencari-cari STEVEN, dan ia melihat STEVEN asyik menikmati alunan musik sambil berdansa bersama EVA. MARINE mendekati mereka dengan penuh emosi marah.

MARINE
Steven.

EVA merenggangkan tubuh dari STEVEN. MARINE menarik dan melepaskan pegangan STEVEN pada EVA.

MARINE
(Marah) Heh, kamu sudah kuterima masuk tanpa undangan, sekarang malah mau merebut pacar orang!! (Mendorong Eva)

(STEVEN bereaksi dan melindungi EVA.)

STEVEN
Marine, kamu jangan kasar begitu. Kalau yang kamu maksud pacarmu adalah aku, kamu salah! Aku selama ini tidak pemah menganggapmu melebihi seorang teman.

MARINE
Steven, teganya kamu bicara begin! padaku? Kamu sudah mempermalukan aku!

STEVEN
Kamu yang mempermalukan dirimu sendiri.
MARINE malu karena pertengkaran mereka dilihat dan didengar banyak orang, maka ia semakin marah, dan kembali hendak menyerang EVA. STEVEN melindungi dan segera membawa EVA lari keluar. VITA dan NICOLAS mengikuti mereka. MARINE meneriaki STEVEN, lalu menyuruh SATPAM mengejarSTEVEN.. CUT TO

Jenis Kamera Movie

Perkembangan teknologi kamera movie (sebutan untuk kamera gambar gerak) sangatlah pesat. Sejak ditemukan pada paruh kedua abad 19 hingga kini telah berkembang berbagai tipe kamera movie dari berbagai produsen. Penggolongan berdasarkan merek dan tipe sangatlah banyak dan rumit. Penggolongan biasanya didasarkan pada system kerja danformat media penyimpan.

Berdasarkan sistem kerja kamera movie terbagi menjadi dua yakni kamera mekanik dankamera elektronik. Kamera elektronik sendiri dibagi menjadi kamera elektronik analog dankamera elektronik digital.

Kamera mekanik adalah kamera yang tidak melibatkan rangkaian elektronik. Kamera bekerja dengan tenaga manusia, atau tenaga pegas. Di akhir generasi kamera mekanik sudah menggunakan batery sebagai penggerak rangkaian mekanik. Kamera mekanik menggunakan pita selluloid (film positif) sebagai media penyimpan gambar.
Kamera elektronik analog (kemudian disebut kamere analog) adalah kamera yang sistem kerjanya menggunakan rangkaian elektronik. Cahaya yang masuk ke ruang lensa ditangkap oleh kepingan CCD (charge couple device ), sejenis chip elektronik peka cahaya, berfungsi mengubah cahaya menjadi arus listrik dengan kekuatan yang berbeda-beda sehingga merepresentasikan tiga warna dasar yakni red, green, dan blue (RGB). Dengan rangkaian elektronik pula arus listrik yang mereprentasikan RGB ini diubah menjadi muatan maknet. Muatan magnet inilah yang kemudian disimpan pada pita magnetik atau pita video (video tape). Sejak inilah dipopulerkan istilah video untuk menyebut unsur visual yang dihasilkan secara elektronik.

Kamera elektronik digital (kemudian disebut kamere digital) mirip dengan kamera elektronik analog. Bedanya pada proses penyimpanan. Cahaya yang telah diubah menjadi arus listrik diubah lagi menjadi data digital (data biner). Pada kamera analog intensitas warna dan suara ditentukan oleh kuat lemah muatan magnetik, sedang pada kamera digital intensitas warna maupun suara ditentukan oleh data biner hasil olahan perangkat keras dan perangkat lunak.

Perbedaan kamera digital dengan kamera analog juga terlihat pada kestabilan data video pada proses reproduksi. Muatan magnet (data analog) pada pita magnetik akan terus berkurang sesuai dengan frekuensi reproduksi. Hal ini tidak terjadi pada data digital. Berapa kalipun data digital dikopi tak akan mengalami pengurangan kualitas. Kita bisa menganalogikan proses reproduksi data digital dengan pengkopian file di disket.

Editor Film

1) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan seorang editor film dapat bekerjasama dengan kamerawan dalam melakukan analisis skenario mengenai konstruksi dramatiknya, dan bekerja sama dengan sutradara untuk mendapatkan penyesuaian penafsiran mengenai editingnya.

2) Tahap pengerjaan
- Melakukan pemisahan shot yang terpakai (OK) dengan yang tidak (NG) dengan catatan shooting report atau penjelasan langsung sutradara.
- Melakukan editing pendahuluan untuk mendapatkan penyesuaian atas konsep dasar editing yang diinginkan bersama danmemberikan gagasan-gagasan perekaman dalam hubungannya dengan editing.

3) Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang memerlukan suara kesan (efek suara).

4) Mendampingi juru suara dalam melakukan rekaman kembali untuk memenuhi kebutuhan serta memberikan gagasan-gagasan perekaman dalam hubungannya dengan editing.

5) Mendapatkan persetujuan sutradara atas hasil akhir editing.

6) Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar dan suara yang diserahkan kepadanya untuk editing.

Hak Editor Film

1) Mengajukan usul kepada sutradara untuk mengubah urutan penuturan gambar dari yang tercantum dalam skenario guna mendapatkan konstruksi dramatik yang lebih baik.

2) Mengajukan usul kepada sutradara untuk memenuhi bahan materi gambar ataupun suara yang kurang.

3) Mengajukan koreksi kepada sutradara atas konsep pengadaan unsur suara untuk dasar kepentingan editing film.

4) Didengar pendapatnya atas perubahan editing pada kopi edar (release copy).

Metode Teknik Editing Film

Secara umum, proses editing film dibedakan menjadi dua metode, yakni Continuity Cutting dan Dynamic Cutting.
1 Continuity Cutting
Metode ini merupakan metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang mempunyai kesinambungan.

2 Dynamic Cutting
Metode editing film yang berisi penyambungan dari dua buah adegan yang tidak mempunyai kesinambungan.

Teknik Editing Film
Teknik editing film dikategorikan menjadi empat jenis, yakni pararel editing, cross cutting, contras editing, dan montase trope.
1 Pararel Editing
Yakni kalau ada dua adegan yang mempunyai persamaan waktu, harus dirangkaikan silih berganti.

2 Cross Cutting
Yakni beberapa adegan yang disilang atau penyilangan dua adegan dalam waktu tidak bersamaan.

3 Contras Editing
Yakni susunan gambar yang memperlihatkan kontradiksi dua adegan atau lebih.

4 Montase Trope
Yakni sistem editing yang mempergunakan simbol atau lambang-lambang yang menimbulkan pemikiran pada penonton.

Sutradara


Stop Dreaming Start ActionImage via Wikipedia
Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradaraberperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat tubuh manusia, sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan memerlukan otak untuk mengendalikan.

1. Tugas Sutradara
Menurut sutradara berbakat, Harry Suharyadi, tugas seorang sutradara adalah menerjemahkan atau menginterpretasikan sebuah skenario dalam bentuk imaji/gambar hidup dan suara. Pada umumnya, seorang sutradara tidak merangkap sebagai produser, meskipun di Amerika cukup banyaksutradara yang merangkap produser seperti beberapa kali Kevin Costner merangkap sutradara sekaligus produser.
Pada umumnya, apa pun bentuk produksi audio visual selalu terbagi menjadi tiga tahap, yakni:
1) praproduksi,
2) produksi atau shooting,
3) pascaproduksi.

Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor.

2. Rumus 5-C
Sebelum seorang sutradara mengarahkan semua pemain dalam sebuah produksi, ada baiknya sutradara memiliki kepekaan terhadap Rumus 5 –C, yakni close up (pengambilan jarak dekat), camera angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar) (Hartoko 1997: 17). Kelima unsur ini harus diperhatikan oleh sutradara berkaitan dengan tugasnya nanti di lapangan.

Close Up
Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi (shooting d I lapangan) harus mempelajari dahulu skenario, lalu diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur close up, dia harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya. Gejolak emosi, peradaban gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi seorang kritikus film, sering unsur menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film. Untuk itu, unsur ini harus menjadi perhatian sutradara.

Camera Angle
Unsur ini sangat penting untuk memperlihatkan efek apa yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bisa dipastikan film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle dan close up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat mungkin. Harry mencontohkan, untuk film-film opera sabun sering ada pembagian kerja antara pengambilan gambar yang long shot d a n close up untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan memaksa penonton untuk mengikutinya terus.

Composition
Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan mata penonton sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Tidak jarang para peresensi film memberikan penilaian terhadap unsur ini karena unsur inilah yang akan menjadi pertaruhan mata penontonnya. Jika aspek ini diabaikan, jangan harap penonton akan menilai film ini indah dan enak ditonton. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi.

Cutting
Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses shooting. Imajinasi yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene ini diedit dan ditayangkan di monitor.

Continuity
Unsur terakhir yang harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsure persambungan gambar-gambar. Sejak awal,sutradara bisa memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita. Sering penonton merasa film yang ditontonnya loncat ke sana atau ke mari tidak karuan sehingga membuat bingung. Terhadap kasus ini karena sutradara tidak mampu memperhatikan aspek kontinuitas dari film yang digarapnya.

3. Unsur Visual (visual element)
Selanjutnya masih dalam tahap persiapan penyutradaraan, seorang sutradara juga harus memahami unsur-unsur visual (visual element) yang sangat penting dalam mengarahkan seluruh krunya. Ada enam unsur visual yang harus diperhatikan, sikap pose (posture), gerakan anggota badan untuk memperjelas (gesture), perpindahan tempat (movement), tindakan/perbuatan tertentu (purpose action), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang (eye contact) (Hartoko, 1997:25).

Sikap/Pose
Jika anda mengarahkan para pemain dalam film yang anda buat, hal pertama yang menjadi arahan adalah sikap/pose (posture) pemainnya. Ini sangat erat kaitannya dengan penampilan pemain di depan kamera. Dengan monitor yang tersedia, sutradaraharus mampu memperhatikan pose pemainnya secara wajar dan memenuhi kaidah dramaturgi. Sebelum pose sesuai dengan tuntutan skenario usahakan sutradara jangan putus asa terus mencoba. Apalagi untuk kalangan indie yang cenderung pemainnya masih baru atau belum pernah main sama sekali (tetapi gratis).

Gerakan Anggota Badan
Sesuai dengan shooting script, tentunya seorang atau beberapa pemain harus menggerakkan anggota tubuhnya. Namun, gesture yang mereka mainkan harus betul-betul kontekstual. Artinya, harus betul-betul nyambung dengan gerakan anggota tubuh sebelumnya. Misalnya, setelah seorang pemain minum air dari gelas tentunya gerakan berikutnya mengembalikan gelas tersebut dengan baik. Jangan sampai ada gerakan-gerakan tubuh yang secara filmis dapat menimbulkan kejanggalan.

Perpindahan Tempat
Seorang Sutradara dengan jeli akan memperhatikan dan mengarahkan setiap perpindahan
pemain pendukungnya. Perpindahan pemain ini tentunya dalam rangka mengikuti shooting script yang dibuat sang sutradarasendiri. Di sini, sutradara yang baik harus mampu mengarahkan pemainnya melakukan perpindahan secara wajar dan tidak dibuat-buat. Perpindahan pemain harus alami sesuai dengan jalan cerita yang telah tersusun. Improvisasi bagi pemain memang tidak jadi masalah, tetapi tetap dalam perhatian sutradara. Untuk itu, menonton pertunjukan teater bagi seorang sutradaradapat mengasah ketrampilan penyutradaraannya dan juga sering memberikan penilaian terhadap akting pemain dalam sebuah film dapat memperkaya kepiawaiannya dalam mengarahkan pemain.

Tindakan Tertentu
Aspek ini tentunya dikaitkan dengan casting yang diberikan kepada seseorang. Casting di
sini diartikan peran yang dijalankan pemain film dalam menokohkan karakter seseorang yang terlibat dalam cerita film tersebut. Selain ada casting ada juga yang disebut cameo, yakni penampilan seseorang dalam sebuah film tetapi membawakan dirinya sendiri (tidak menokohkan orang lain). Dalam hubungan dengan casting, seorang pemain film harus diarahkan sang sutradaraagar melakukan tindakan sesuai dengan tuntunan skenario. Terkadang dalam proses produksi ada pemain yang mencoba menawar kepada sutradara sehubungan dengan akting yang harus dijalankan. Tidak semua sutradara mau meluluskan keinginan kemauan pemain, tetapi juga tidak semua pemain mau meluluskan kemauan sutradara. Pada kondisi seperti ini tinggal dua pilihan, pemain diganti atau mengganti adegan. Mengapa casting dalam kegiatan produksi film cukup lama karena karena persoalan tersebut? Saat film Boy’s Don’t Cry diproduksi, dilakukan casting yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini dilakukan agar siapa pun yang menjadi pemain film tersebut sesuai dengan keinginan sutradara dan tuntutan skenario.

Ekspresi Wajah
Unsur ini sering berkaitan dengan penjiwaan terhadap naskah. Wajah merupakan cermin bagi jiwa seseorang. Konsep inilah yang mendasari aspek ini harus diperhatikan betul oleh sutradara. Terutama untuk genre film drama, unsur ekspresi wajah memegang peran penting. Banyak juga film action semacam Gladiator menajamkan aspek ekspresi wajah. Shot-shot close up yang indah dan pas dapat mewakili perasaan sang tokoh dalam sebuah film. Contoh kecil sering ditampilkan dalam perfilman India. Jika seseorang sedang jatuh cinta ukuran gambar big close up bergantian antara pria dan wanita. Namun sutradara juga
harus memperhatikan penempatannya serta waktu yang tepat. Jika tidak tepat, komunikasi dalam film tersebut gagal. Di sini, ada pedoman time is key, waktu adalah kunci.

Hubungan Pandang
Hampir sama dengan ekspresi wajah, hubungan pandang di sini diartikan adanya kaitan psikologis antara penonton dan yang ditonton. Untuk membuat shot-shot-nya, biasanya sutradara selalu memberikan arahan kepada pemain film agar menganggap kamera sebagai mata penonton. Dengan cara seperti ini, biasanya kaidah hubungan pandang ini akan tercapai. Dengan mengibaratkan kamera sebagai mata penonton, berarti pemain harus berlakon sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan penonton lewat lensa kamera. Dengan demikian, apa pun yang akan dilakonkan pemain seolah-olah ada yang mengawasi, yakni kamera sebagai representasi dari penonton.

Dengan menguasai Rumus 5 C dan Visual Element secara baik dan benar bisa dipastikan seorang sutradara akan mampu membuat film menjadi tontonan menarik dan munculnya situasi komunikatif antara tontonan dan penonton. Di sinilah alasan mengapa sebuah film dianggap sebagai produk komunikasi massa periodik.

Soundtrack dan Theme Song

Pernah membayangkan film tanpa lagu apapun? Seperti zamannya film bisu di tahun 1920-an? Pasti kurang sedap ya. Musik dalam film atau musik dan lagu yang mewakili si film jelas menjadi faktor penting yang menunjang keseluruhan suatu film.

Dalam industri film ada yang namanya 'soundtrack' dan ada yang namanya 'theme song'. Sebetulnya ada pula yang namanya 'scoring' atau ilustrasi musik. Namun kita hanya akan membahas soundtrack dan theme song saja sekarang. Ngomong-ngomong, apa bedanya?

Soundtrack adalah istilah yang mulai populer di tahun 1950-an di mana lagu dari suatu film dijual terpisah dan dirilis terlebih dahulu sebagai cara untuk mempromosikan film baru. Karena berasal dari film, maka istilah soundtrack menjadi 'original soundtrack' atau sering juga disingkat menjadi OST dari suatu film. Ada beberapa jenis soundtrack, misalnya lagu yang sengaja dibuat untuk tujuan si film dan fokusnya adalah pada lagu tersebut. Biasanya ini berlaku untuk film-film musikal. Jenis lainnya adalah kumpulan beberapa lagu yang digunakan sebagai ilustrasi adegan di suatu film seperti yang dilakukan di antaranya oleh film 'Catatan Akhir Sekolah', 'Alexandria', 'Love Story', 'Ada Apa Dengan Cinta', '30 Hari Mencari Cinta', 'Cinta Silver', '3 Hari Untuk Selamanya', 'Arisan', 'Berbagi Suami, 'Tusuk Jelangkung''.

Beberapa soundtrack film menangguk sukses selain karena dibawakan oleh band atau penyanyi terkenal juga karena lagunya yang asik seperti di antaranya Peterpan ('Alexandria'), Sheila on 7 ('30 Hari Mencari Cinta'), Glenn Fredly ('Cinta Silver'), Float ('3 Hari Untuk Selamanya'), Sore ('Berbagi Suami').

Sedangkan theme song adalah suatu lagu, bisa instrumental bisa tidak yang dijadikan sebagai penanda film akan dimulai atau selesai di mana tujuannya adalah untuk memperkuat mood dari adegan yang akan kita tonton atau adegan inti dari film yang bersangkutan. Theme song instrumental tidak terlalu banyak digunakan di film-film nasional walaupun komposer-komposer hebat kita juga punya seperti Toersi Ageswara, Andy Ayunir, Aksan Sjuman dan Titi Sjuman.

Jika Hollywood memiliki theme song Star Wars, Star Trek, Love Boat, atau semua yang digunakan oleh serial-serial legendaris, kita belum punya satu pun theme song film atau acara TV yang produksi lokal. Bahkan theme song dari Warkop dan Srimulat pun bukan ciptaan orang Indonesia. Theme song Srimulat adalah lagu milik Roberto Delgado dari albumnya 'This Is Reggae' dan theme song Warkop adalah theme song karya Henry Mancini milik film The Pink Panther. (NB)